Rabu, 17 April 2013

Dilema Jadi Orang Miskin


Sebagai salah satu sarana refreshing siswa-siswi SMAIT Insantama, pertengahan Maret yang lalu kami mengunjungi salah satu pameran buku Islam terbesar di negeri ini, Islamic Book Fair. Hehe, jangan salah sangka dulu… Ana di sini ga bakal nyeritain kisah perjalanan kami selama di IBF. Tuapi, kisah di saat-saat kepulangan kami deri IBF kembali ke sekolah….
Inilah dilema jadi orang miskin…
Inilah kekuatan sebuah kreatifitas…
Inilah “The Power of Kepepet

Menjelang maghrib, sampai di daerah Cibubur, kami mampir sejenak di Cibubur Square hanya untuk mengisi kekosongan perut. Ya, maklumlah, seharian beraktifitas pasti membuat kami lapar. Panitia membagikan jatah bagi 1 orang untuk makan sebesar Rp. 8500. Tapi tampaknya, untuk uang sebesar itu, kita salah memilih tempat singgah. Yaaaa, tau sendirilah makanan di mall-mall itu muahalnya kayak gimanaaa???
Rencana awalnya, ana bersama dengan teman-teman 1 kelompok mencari alternatif puaaaaling murah. Apa tuh? Ya, nasi padang! Haha… sayang sekali, menu nasi padang yang murah-murah udah diborong oleh kelompok lain dan… abis. Yang tersisa hanyalah nasi padang plus ayam seharga Rp. 16.000! Tampaknya, kelompok kita kalah cepat dalam mencari makanan murah…
Akhirnya kami berfikir ulang… Dan, mari berfikir segala kemungkinannya.
Tetep makan dengan nambah kocek dua kali lipat?
Oh, tidak-tidak. Bagi kami, membeli sebuah makanan seharga Rp. 16.000 yang bakalan di”buang” lagi, adalah sebuah pemborosan. Dan Rasulullah tuh ga suka yang boros-boros. (Halaahhh, bilang aja miskin… hehe)
Padahal, makan bisa ditunda, ga harus beli di Cibubur Square. Masih ada tempat lain yang jaauuuuh lebih murah.
Jadi?
Sambil mencari alternatif lain, kami mencoba berjalan-jalan di dalam mall. Ternyata, makanan di dalam jauh lebih mahal (ya iyalaaaah). Bingung harus ngapain, akhirnya muncullah ide-ide kreatif dari kepala kami.
“Gimana kalo kita beli nasi padang 2 dibungkus. Nasinya kan banyak tuh, kita makan bareng-bareng aja!”
“Mendingan kita beli ayamnya aja dua, trus beli nasinya yang banyak. Kan lebih hemat tuh…”
“Bis kita kan entar berhenti di depan Yonif. Di depan Yonif kan ada tukang nasi goreng tuh. Mendingan beli nasi goreng aja, Rp. 8000 kenyang!”
Dan berbagai macam ide lainnya….
Terinspirasi dari kisah di atas, ana jadi sadar, kalo kadang, kekuatan asli kita baru muncul waktu kita sedang kepepet. Betul ga? Kalo kasus di atas, ide-ide kreatif yang sebelumnya ga pernah muncul, baru muncul waktu kondisi memaksa kita untuk memunculkannya… Inilah dilema orang miskin! Inilah kekuatan sebuah “Kepepet”!
Yang paling penting, kadang kita ga sadar kalo kita punya potensi yang berlebihan. Kita justru melihat segala hal dari satu sisi aja, yaitu kelemahan kita. Pokoknya kita lemah, kita cupu, kita kalah dari yang lain… Nah lho juga kan?
Coba kita ubah cara pandang kita deh. Berhenti mandang diri kita cuman dari kelemahan kita. Liat juga kekuatan kita! Kasian kan kalo kita punya potensi berlebih, tapi tuh potensi malah dikacangin. Ujung-ujungnya, potensi kita yang berlebihan ga bisa tersalurkan dan ga berkembang. Dan kita, hanya terfokus untuk memperbaiki sesuatu yang kita sendiri butuh “pemaksaan” untuk menggapainya.
Dan percayalah, di dalam tubuh kita, Allah telah menganugerahkan sebuah potensi luar biasa yang bisa kita manfaatkan. Jadi, tetap semangat, berusaha, dan... serahkan hasilnya pada Allah. Ganbare! [Al_Fatih1453]



Tidak ada komentar:

Posting Komentar