Sebagai salah satu sarana refreshing
siswa-siswi SMAIT Insantama, pertengahan Maret yang lalu kami mengunjungi salah
satu pameran buku Islam terbesar di negeri ini, Islamic Book Fair. Hehe, jangan
salah sangka dulu… Ana di sini ga bakal nyeritain kisah perjalanan kami selama
di IBF. Tuapi, kisah di saat-saat kepulangan kami deri IBF kembali ke sekolah….
Inilah dilema jadi orang miskin…
Inilah kekuatan sebuah kreatifitas…
Inilah
“The Power of Kepepet”
Menjelang maghrib, sampai di daerah
Cibubur, kami mampir sejenak di Cibubur Square hanya untuk mengisi kekosongan
perut. Ya, maklumlah, seharian beraktifitas pasti membuat kami lapar. Panitia
membagikan jatah bagi 1 orang untuk makan sebesar Rp. 8500. Tapi tampaknya,
untuk uang sebesar itu, kita salah memilih tempat singgah. Yaaaa, tau
sendirilah makanan di mall-mall itu muahalnya kayak gimanaaa???
Rencana awalnya, ana bersama dengan
teman-teman 1 kelompok mencari alternatif puaaaaling murah. Apa tuh? Ya, nasi
padang! Haha… sayang sekali, menu nasi padang yang murah-murah udah diborong
oleh kelompok lain dan… abis. Yang tersisa hanyalah nasi padang plus ayam
seharga Rp. 16.000! Tampaknya, kelompok kita kalah cepat dalam mencari makanan
murah…
Akhirnya kami berfikir ulang…
Dan, mari berfikir segala kemungkinannya.
Tetep makan dengan nambah kocek dua
kali lipat?
Oh, tidak-tidak. Bagi kami, membeli
sebuah makanan seharga Rp. 16.000 yang bakalan di”buang” lagi, adalah sebuah
pemborosan. Dan Rasulullah tuh ga suka yang boros-boros. (Halaahhh, bilang aja
miskin… hehe)
Padahal, makan bisa ditunda, ga
harus beli di Cibubur Square.
Masih ada tempat lain yang jaauuuuh lebih murah.
Jadi?
Sambil mencari alternatif lain, kami
mencoba berjalan-jalan di
dalam mall. Ternyata, makanan di dalam jauh lebih mahal (ya iyalaaaah). Bingung
harus ngapain, akhirnya muncullah ide-ide kreatif dari kepala kami.
“Gimana kalo kita beli nasi padang 2
dibungkus. Nasinya kan banyak tuh, kita makan bareng-bareng aja!”
“Mendingan kita beli ayamnya aja
dua, trus beli nasinya yang banyak. Kan lebih hemat tuh…”
“Bis kita kan entar berhenti di depan Yonif. Di depan
Yonif kan ada tukang nasi goreng tuh. Mendingan beli nasi goreng aja, Rp. 8000 kenyang!”
Dan berbagai macam ide lainnya….
Terinspirasi dari kisah di atas, ana
jadi sadar, kalo kadang, kekuatan asli kita baru muncul waktu kita sedang
kepepet. Betul ga? Kalo kasus di atas, ide-ide kreatif yang sebelumnya ga
pernah muncul, baru muncul waktu kondisi memaksa kita untuk memunculkannya…
Inilah dilema orang miskin! Inilah kekuatan sebuah “Kepepet”!
Yang paling penting, kadang kita ga
sadar kalo kita punya potensi yang berlebihan. Kita justru melihat segala hal
dari satu sisi aja, yaitu kelemahan kita. Pokoknya kita lemah, kita cupu, kita
kalah dari yang lain… Nah lho juga kan?
Coba kita ubah cara pandang kita
deh. Berhenti mandang diri kita cuman dari kelemahan kita. Liat juga kekuatan
kita! Kasian kan kalo kita punya potensi berlebih, tapi tuh potensi malah
dikacangin. Ujung-ujungnya, potensi kita yang berlebihan ga bisa
tersalurkan dan ga berkembang. Dan kita, hanya terfokus untuk memperbaiki
sesuatu yang kita sendiri butuh “pemaksaan” untuk menggapainya.
Dan
percayalah, di dalam tubuh kita, Allah telah menganugerahkan sebuah potensi
luar biasa yang bisa kita manfaatkan. Jadi, tetap semangat, berusaha, dan...
serahkan hasilnya pada Allah. Ganbare! [Al_Fatih1453]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar