Rabu, 24 Juli 2013

Iqro', Bacalah...!

Iqro’. Bacalah. Semua dari kita juga pasti tau, kalo inilah firman pertama yang Allah turunkan kepada Nabi Muhammad SAW. Dan berdasarkan pengalaman hidup ana, hal ini teruuuuuus menerus disampaikan dalam berbagai forum, dari ana kecil sampe hari ini. Mungkin, bosen kali ya. Why? Yaa, materinya itu-itu terus. Semua yang disampaikan hampir sama. Kita dianjurkan untuk banyak-banyak membaca, karena membaca adalah kuncinya ilmu. Monoton. Hanya sebatas bahwa iqro’ adalah firman pertama Allah, yang kemudian dijelaskan kisahnya, hikmahnya, de el el. Just it!

Tapi, ketika ana baca buku “Rasulullah Saw.; Guru Paling Kreatif, Inovatif & Sukses Mengajar, ada sebuah pernyataan yang menggugah pemikiran ana. Di zaman Rasulullah SAW, belom ditemuin yang namanya kertas, apalagi mesin cetak. Penulisan mengenai ilmu maupun hal-hal penting lainnya cuman sebatas tulisan di daun, batu, tulang, de el el. Sedangkan kalo kita membaca buku, kita harus ada kertas maupun file sebagai media baca. Nah, bagaimana mungkin Allah memerintahkan umat manusia untuk membaca, sedangkan di zaman turunnya wahyu itu aja belom ada media buat baca!? Nah lho..
“Islam tuh kan universal untuk semua zaman. Mulai zaman Nabi Muhammad sampe entar kiamat juga Islam pasti cocok buat umat manusia. Allah merintahin baca, karena Allah tahu, di masa depan bakalan ada yang namanya buku, mesin cetak, file, internet, de el el. Berarti, ga ada masalah dong? What’s the problem, men?”
Emang bener sih, dan penulis ga nyangkal hal kayak gitu kok. Malah, penulis ngedukung bangeeeeet kalo Islam tuh universal dan emang sesuai dengan fitrah manusia. Tapi, terlepas dari diterapkannya Islam di masa depan, tetep aja tuh wahyu kan diturunin di saat-saat zamannya masih primitif, kertas belom nemu, mesin cetak apalagi. Kalo Islam langsung diterapkan di zaman yang kayak gitu (primitif dan belom ada kertas), masa’ iya Allah nyuruh baca, padahal ga ada media buat baca?
Dan di zaman yang seperti itu, faktanya….
Rasulullah berhasil mencetak sekitar 124.000 murid, yang 30.000 di antaranya menjadi cendekiawan-cendekiawan terkenal pada masanya. Bahkan, 4 orang di antaranya (Abu Bakar, Umar bin Khattab, Utsman bin Affan, Ali bin Abi Thalib) namanya udah ga asing lagi di seluruh penjuru dunia
Tanpa buku kayak gitu, para sahabat bisa menghafal ribuan hadits dan ayat Al-Qur’an hampiiiir tanpa cacat!
Murid-murid zaman sekarang yang udah secanggih itu aja belom bisa ngalahin kemampuan para sahabat saat itu!
Rasulullah adalah orang yang ga bisa baca tulis! Gimana mungkin bisa menghasilkan murid sebanyak itu? Bagaimana mungkin perintah iqro’ menjadi perintah pertama? Apa rahasia yang ada pada satu kata tersebut??
Hmm… Tapi Nabi Muhammad itu kan Rasul. Apa sih yang ga mungkin buat beliau?
Emang bener. Tapi tetep aja, para sahabat, para thabi’in, bahkan generasi-generasi setelah mereka adalah manusia biasa. Ya, sama aja kayak kita…
Trus, yang bikin beda apa dong? Sama-sama manusia biasa, tapi kita ketinggalan jauh. Teknologi kita lebih canggih, tapi kenapa mereka bisa lebih unggul?
Dan setelah ana fikir-fikir, perintah iqro’ tuh ga cuman baca buku, baca qur’an, baca hadits, de el el. Tapi, kita juga membaca segala sesuatu yang telah Allah berikan kepada kita. Membaca segala sesuatu yang ada di sekitar kita, bahkan diri kita sendiri. Ya! Apapun! Membacanya, menjadikannya sebagai ilmu pengetahuan, yang kemudian kita fahami oleh akal kita yang semp

urna, dan menjadikannya sebagai motivasi ibadah dan syukur kita kepada Allah.
Karena buku, internet dan semacamnya, bukanlah satu-satunya media baca. Mata, tangan, telinga, hidung, bahkan semua organ tubuh kita adalah media untuk membaca semua yang telah Allah berikan! Allah telah memberikan semua kenikmatan itu, agar kita semakin berfikir dan bersyukur, bukannya malah jadi alat maksiat…
Jadi?

Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal (TQS. Al-An’Am [6]: 99) [Al_Fatih1453]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar