Iqro’. Bacalah. Semua dari kita juga
pasti tau, kalo inilah firman pertama yang Allah turunkan kepada Nabi Muhammad
SAW. Dan berdasarkan pengalaman hidup ana, hal ini teruuuuuus menerus
disampaikan dalam berbagai forum, dari ana kecil sampe hari ini. Mungkin, bosen
kali ya. Why? Yaa, materinya itu-itu terus. Semua yang disampaikan hampir sama.
Kita dianjurkan untuk banyak-banyak membaca, karena membaca adalah kuncinya
ilmu. Monoton. Hanya sebatas bahwa iqro’ adalah firman pertama Allah, yang
kemudian dijelaskan kisahnya, hikmahnya, de el el. Just it!
Tapi, ketika ana baca buku
“Rasulullah Saw.; Guru Paling Kreatif, Inovatif & Sukses Mengajar”, ada sebuah pernyataan yang
menggugah pemikiran ana. Di zaman Rasulullah SAW, belom ditemuin yang namanya
kertas, apalagi mesin cetak. Penulisan mengenai ilmu maupun hal-hal penting
lainnya cuman sebatas tulisan di daun, batu, tulang, de el el. Sedangkan kalo
kita membaca buku, kita harus ada kertas maupun file sebagai media baca. Nah,
bagaimana mungkin Allah memerintahkan umat manusia untuk membaca, sedangkan di
zaman turunnya wahyu itu aja belom ada media buat baca!? Nah lho..
“Islam tuh kan universal untuk semua
zaman. Mulai zaman Nabi Muhammad sampe entar kiamat
juga Islam pasti cocok buat umat manusia. Allah merintahin baca, karena Allah tahu, di masa depan
bakalan ada yang namanya buku, mesin cetak, file, internet, de el el. Berarti,
ga ada masalah dong? What’s the problem, men?”
Emang bener sih, dan penulis ga nyangkal hal kayak
gitu kok. Malah, penulis ngedukung bangeeeeet kalo Islam tuh universal dan
emang sesuai dengan fitrah manusia. Tapi, terlepas dari diterapkannya Islam di
masa depan, tetep aja tuh wahyu kan diturunin di saat-saat zamannya masih primitif,
kertas belom nemu, mesin cetak apalagi. Kalo Islam langsung diterapkan di zaman
yang kayak gitu (primitif dan belom ada kertas), masa’ iya Allah nyuruh baca,
padahal ga ada media buat baca?
Dan di zaman yang seperti itu,
faktanya….
Rasulullah berhasil mencetak sekitar
124.000 murid, yang 30.000 di antaranya menjadi cendekiawan-cendekiawan
terkenal pada masanya. Bahkan, 4 orang di antaranya (Abu Bakar, Umar bin
Khattab, Utsman bin Affan, Ali bin Abi Thalib) namanya udah ga asing lagi di
seluruh penjuru dunia
Tanpa buku kayak gitu, para sahabat
bisa menghafal ribuan hadits dan ayat Al-Qur’an hampiiiir tanpa cacat!
Murid-murid zaman sekarang yang udah
secanggih itu aja belom bisa ngalahin kemampuan para sahabat saat itu!
Rasulullah adalah orang yang ga bisa
baca tulis! Gimana mungkin bisa menghasilkan murid sebanyak itu? Bagaimana mungkin perintah iqro’
menjadi perintah pertama? Apa rahasia yang ada pada satu kata tersebut??
Hmm… Tapi Nabi Muhammad itu kan
Rasul. Apa sih yang ga mungkin buat beliau?
Emang bener. Tapi tetep aja, para
sahabat, para thabi’in, bahkan generasi-generasi setelah mereka adalah manusia biasa. Ya, sama aja kayak
kita…
Trus, yang bikin beda apa dong?
Sama-sama manusia biasa, tapi kita ketinggalan jauh. Teknologi kita lebih
canggih, tapi kenapa mereka bisa lebih unggul?
Dan setelah ana fikir-fikir,
perintah iqro’ tuh ga cuman baca buku, baca qur’an, baca hadits, de el
el. Tapi, kita juga membaca segala sesuatu yang telah Allah berikan kepada
kita. Membaca segala sesuatu yang ada di sekitar kita, bahkan diri kita
sendiri. Ya! Apapun! Membacanya, menjadikannya sebagai ilmu pengetahuan, yang
kemudian kita fahami oleh akal kita yang semp
urna, dan menjadikannya sebagai motivasi ibadah dan syukur kita kepada Allah.
Karena buku, internet dan
semacamnya, bukanlah satu-satunya media baca. Mata, tangan, telinga, hidung,
bahkan semua organ tubuh kita adalah media untuk membaca semua yang telah Allah
berikan! Allah telah memberikan semua kenikmatan itu, agar kita semakin
berfikir dan bersyukur, bukannya malah jadi alat maksiat…
Jadi?
Sesungguhnya dalam penciptaan langit
dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi
orang-orang yang berakal (TQS. Al-An’Am [6]: 99) [Al_Fatih1453]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar