Reflection of my life, reflection
of our life
Reflection from Ramadhan 1433 H.
Karena waktu takkan pernah bisa
diulang[]
Seketika itu juga, ana naro tas
ana sembarangan di kamar, seperti biasa. Dan lagi-lagi, seperti biasa,
ketika memandang sebuah kasur yang hmm.... empuk dan berseprai, ditambah dengan
suasana pagi yang sejuk, maka kasur itu ternyata MENGGODAku!
BLEK!
Niatnya sih, cuman pingin
tidur-tiduran, ngilangin capek. Sambil tiduran, nutup mata, sambil dzikir.
Semenit, dua menit, okelah, ga ada halangan yang berarti. Pengennya bangkit
dari kasur, tapi ternyata nyamannya kasur masih bergelayutan di tubuhku. OH NO!
Dan benar saja, beberapa menit kemudian, Nyessss.... Terbuailah ana ke alam
mimpi. Hmm.. Dream high kaleee ya...
Bangun-bangun, tengok hp. Siapa
tau ada sms masuk, sekalian ngecek jam broooo. Hmm,, masih jam 8. Pilihan di
kepala cuman ada dua. Tidur lagi, atau.... *lirik laptop*. Ah iya!
Maeeeeeeeennn....(dasar, bukannya shalat dhuha malah maen. Heuheu)
Yahhh, bagi yang belum tau, ana
kasih tau deh. Mungkin bagi yang sering ngeliat Addin di asrama itu
rajiiiiiiiiiin, aslinya bisa diliat di rumah. Hehehe, itu mah rajin gara-gara
ga ada kegiatan lain yang bisa dilakuin. Kalo di rumah? Beuuuuh, jangan tanya.
SIBUK! Lebih tepatnya, menyibukkan diri pada sesuatu yang ga penting. Istilah
kerennya sih, bales dendam gara-gara selama di asrama ga dapet yang beginian. Lebih
kerennya lagi, refreshing!
Liat laptop, Maeeen berjam-jam. Liat
kasur, tiduuuuurrr. Liat buku, dibaca sambil tiduran, ga sampe sejam. Abis itu?
Tiduuuur lagi..... (Hadeeeeeh, gmn nih bangsa mau maju, kalo pemuda-nya tukang
sare?) Abis shubuh tidur, abis dzhuhur tidur, abis Isya tidur. Walau ga selalu,
tapi sering. Walau tidurnya ga lama, tapi tetep aja itu sia-sia. Ana udah
kebanyaan tidur men! Saking seringnya “ketiduran”, ana sering bertanya “Kenapa
ya selama di rumah ana jadi tukang tidur?”
Sebuah pertanyaan yang cuman bisa
dijawab sama diri ini sendiri.
Pun begitu dengan semua
rencana-rencana yang bakal ana lakuin di rumah (terutama 10 hari terakhir
Ramadhan) yang udah ana rancang jauh-jauh hari sebelum liburan, ternyata semua
itu HANCUR BERANTAKAN. Agenda yang ada dalam imajinasi ana: Pagi shalat dhuha,
abis itu refreshing sebentar. Trus, belajar dan ngerjain pr sebentar, sambil
download film. Abis itu, shalat dzuhur. Abis shalat, tidur sampe ashar. Abis ashar,
bantuin ortu nyiapin ta’jil. Abis maghrib baca Qur’an, abis Isya Taraweh,
witir, dan I’tikaf di masjid sambil ngafalin Qur’an. Selama liburan, targetnya
beberapa surat juz 28 harus hafal.
Kenyataannya?
Pagi: Tidur, OL sampe dzuhur.
Selingan sedikit belajar dan shalat dhuha. -__-
Siang: Tiduuuur sampe ashar(Terutama
kalo udah liat buku). Kadang OL.
Sore: OL, bantuin ortu
sedikiiiiiiit
Malem: Pengennya I’tikaf, tapi
malah OL di rumah. Hadeeeeeh.
Dan akhirnya, hari-hari Ramadhan
satu per satu terbang. Menghilang. Ketika ana liat tanggal, ternyata sebentar
lagi Ramadhan bakal ngilang. Rencana memperbanyak hafalan di bulan Ramadhan pun
musnah. Dulu, ana yang biasa khatam Al-Qur’an 2 kali sebulan, sekarang cuman
sekali. Belajar mata pelajaran sekolah? Hampir ga pernah. Baca Qur’an? Udah ga
lagi. Shalat dhuha? Sedikit. Beresin kamar? Jarang. Ngerjain PR? Belum. Tidur?
Tiap hari. OL? Tiap hari. Nonton film? Tiap hari.
Pertemuan dengan 2 temen SD ana
yang sekarang sekolah di CMBBS (Cahaya Madani Banten Boarding School) dan IC
(Insan Cendekia) Serpong mengenai pengalaman mereka ternyata masih belom bisa
mengetuk pintu hati ana. Intinya sih, mereka bener-bener menyesal. Kenapa dulu,
di tahun pertama, masih banyak santai, manyak kabur, dan melakukan hal yang
sia-sia. Sekarang, mereka dituntut serius untuk mempersiapkan masa depan
mereka. Waktu. Ya, mereka menyesali waktu mereka yang tak akan bisa diulang.
Ana baru sadar waktu ngeliat
tanggal. Liburan semakin sempit, dan ana belum berbuat banyak untuk sekolah. Terlalu
banyak menghabiskan waktu di depan laptop, dan menurut ana, kegiatan itu masih
bisa ditunda. Bukan prioritas.
Gimana ibadah Ramadhan-nya?
JLEB.
Waktu ngeliat tanggal, itulah
saat ana tersadar. Sebentar lagi Ramadhan berakhir, dan belum banyak ibadah
yang ana lakuin. Padahal, ini 10 hari terakhir. Menurutku, inilah bulan
Ramadhan TERBURUK yang pernah ana alami, semenjak Baligh.
Bodoh.
Ketika disodorkan buku “Efisiensi
waktu konsep Islam” oleh ummi ana, ana baru tersadar dengan itu semua. Dengan semua
kebodohan dan kelalaian ana akan waktu. Waktu yang selama ini ana buang dengan
percuma.
Kenapa ana selama ini tidur
melebihi ideal-nya tidur seorang Muslim??? Bukankah para ulama zaman dulu,
menyedikitkan tidur dan memanfaatkan waktu malamnya untuk qiyamul lail dan
belajar?
Kenapa ana lebih mendahulukan
sesuatu yang bukan prioritas? Apakah ana merasa bahwa masih banyak waktu? Siapa
yang bisa menjamin kalau nanti ana masih hidup? Siapa tahu, ini adalah tontonan
terakhirku. Siapa yang tahu, ini adalah tidur terakhirku sebelum tidur
selamanya? Siapa yang tahu? Bodohnya diriku.
Kenapa ana menyia-nyiakan 10 hari
terakhir bulan Ramadhan? Bukankah 10 hari terkahir adalah hari penuh
pengampunan? Kenapa justru ana melakukan banyak maksiat?
Kenapa? Kenapa? Bukankah Allah
telah menyempurnakan akal hamba untuk berfikir sempurna? Kalau begitu, apa
bedanya ana dengan hewan?
Bodoh.
Bukankah waktu takkan bisa dihentikan?
Bukankah penyesalan selalu datang
belakangan?
Bukankah waktu tak akan bisa terulang kembali?
Bukankah waktu adalah hal yang
paling jauh bagi kita?
Bukankah kematian adalah hal yang
paling dekat dengan kita?
Bukankah waktu adalah pembunuh
paling hebat sepanjang masa?
Bukankah waktu akan menggiring
kita kepada kematian secara perlahan?
Bukankah tak ada seorang pun yang
bisa menghentikan perputaran waktu?
.................
Ketika malam idul fitri, ana
dapet sebuah sms. Gara-gara panjang, ada sebagian pesan yang kepotong, alias ga
lengkap. Yah, gara-gara itu, ana coba liat inti pesannya di teks paling bawah. “Jangan
ngerasa kebanyakan pahala deh”.
JLEB.
Ketika ana liat pesan itu secara
lengkap, ternyata pesan itu hanya bahan bercanda yang muncul dari otak
kreatifnya. Tapi tetep aja, itu NUSUK bagi ana. Apalagi, inget kalo selama ini
ana banyak nyia-nyiain waktu. Apakah ana banyak menyia-nyiakan waktu, karena
ana ngerasa kebanyakan pahala?
Bodoh. Kalau itu benar, maka ana
adalah sebodoh-bodohnya makhluk di antara seluruh makhluk yang paling bodoh.
Suatu saat nanti, ana ingin ada
orang yang menegur ana dengan segala kritikannya, mengkritik segala kekurangan
dan kebodohan ana. Agar ana bisa menangis, menangisi segala kebodohan ana
mengenai waktu...
Karena tak ada manusia yang
sempurna...
Ya Allah, semoga Engkau
mempertemukan kami dengan Bulan Ramadhan tahun depan, walau hanya sehari...
Aamiin
Semoga bisa bermanfaat sebagai
muhasabah bagi kita semua. Aamiin [Al_Fatih1453]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar