Minggu, 19 Agustus 2012

Pembunuh terhebat sepanjang masa


Reflection of my life, reflection of our life
Reflection from Ramadhan 1433 H.
Karena waktu takkan pernah bisa diulang[]
BRUK!
Seketika itu juga, ana naro tas ana sembarangan di kamar, seperti biasa. Dan lagi-lagi, seperti biasa, ketika memandang sebuah kasur yang hmm.... empuk dan berseprai, ditambah dengan suasana pagi yang sejuk, maka kasur itu ternyata MENGGODAku!
BLEK!
Niatnya sih, cuman pingin tidur-tiduran, ngilangin capek. Sambil tiduran, nutup mata, sambil dzikir. Semenit, dua menit, okelah, ga ada halangan yang berarti. Pengennya bangkit dari kasur, tapi ternyata nyamannya kasur masih bergelayutan di tubuhku. OH NO! Dan benar saja, beberapa menit kemudian, Nyessss.... Terbuailah ana ke alam mimpi. Hmm.. Dream high kaleee ya...

Bangun-bangun, tengok hp. Siapa tau ada sms masuk, sekalian ngecek jam broooo. Hmm,, masih jam 8. Pilihan di kepala cuman ada dua. Tidur lagi, atau.... *lirik laptop*. Ah iya! Maeeeeeeeennn....(dasar, bukannya shalat dhuha malah maen. Heuheu)
Yahhh, bagi yang belum tau, ana kasih tau deh. Mungkin bagi yang sering ngeliat Addin di asrama itu rajiiiiiiiiiin, aslinya bisa diliat di rumah. Hehehe, itu mah rajin gara-gara ga ada kegiatan lain yang bisa dilakuin. Kalo di rumah? Beuuuuh, jangan tanya. SIBUK! Lebih tepatnya, menyibukkan diri pada sesuatu yang ga penting. Istilah kerennya sih, bales dendam gara-gara selama di asrama ga dapet yang beginian. Lebih kerennya lagi, refreshing!
Liat laptop, Maeeen berjam-jam. Liat kasur, tiduuuuurrr. Liat buku, dibaca sambil tiduran, ga sampe sejam. Abis itu? Tiduuuur lagi..... (Hadeeeeeh, gmn nih bangsa mau maju, kalo pemuda-nya tukang sare?) Abis shubuh tidur, abis dzhuhur tidur, abis Isya tidur. Walau ga selalu, tapi sering. Walau tidurnya ga lama, tapi tetep aja itu sia-sia. Ana udah kebanyaan tidur men! Saking seringnya “ketiduran”, ana sering bertanya “Kenapa ya selama di rumah ana jadi tukang tidur?”
Sebuah pertanyaan yang cuman bisa dijawab sama diri ini sendiri.
Pun begitu dengan semua rencana-rencana yang bakal ana lakuin di rumah (terutama 10 hari terakhir Ramadhan) yang udah ana rancang jauh-jauh hari sebelum liburan, ternyata semua itu HANCUR BERANTAKAN. Agenda yang ada dalam imajinasi ana: Pagi shalat dhuha, abis itu refreshing sebentar. Trus, belajar dan ngerjain pr sebentar, sambil download film. Abis itu, shalat dzuhur. Abis shalat, tidur sampe ashar. Abis ashar, bantuin ortu nyiapin ta’jil. Abis maghrib baca Qur’an, abis Isya Taraweh, witir, dan I’tikaf di masjid sambil ngafalin Qur’an. Selama liburan, targetnya beberapa surat juz 28 harus hafal.
Kenyataannya?
Pagi: Tidur, OL sampe dzuhur. Selingan sedikit belajar dan shalat dhuha. -__-
Siang: Tiduuuur sampe ashar(Terutama kalo udah liat buku). Kadang OL.
Sore: OL, bantuin ortu sedikiiiiiiit
Malem: Pengennya I’tikaf, tapi malah OL di rumah. Hadeeeeeh.
Dan akhirnya, hari-hari Ramadhan satu per satu terbang. Menghilang. Ketika ana liat tanggal, ternyata sebentar lagi Ramadhan bakal ngilang. Rencana memperbanyak hafalan di bulan Ramadhan pun musnah. Dulu, ana yang biasa khatam Al-Qur’an 2 kali sebulan, sekarang cuman sekali. Belajar mata pelajaran sekolah? Hampir ga pernah. Baca Qur’an? Udah ga lagi. Shalat dhuha? Sedikit. Beresin kamar? Jarang. Ngerjain PR? Belum. Tidur? Tiap hari. OL? Tiap hari. Nonton film? Tiap hari.
Pertemuan dengan 2 temen SD ana yang sekarang sekolah di CMBBS (Cahaya Madani Banten Boarding School) dan IC (Insan Cendekia) Serpong mengenai pengalaman mereka ternyata masih belom bisa mengetuk pintu hati ana. Intinya sih, mereka bener-bener menyesal. Kenapa dulu, di tahun pertama, masih banyak santai, manyak kabur, dan melakukan hal yang sia-sia. Sekarang, mereka dituntut serius untuk mempersiapkan masa depan mereka. Waktu. Ya, mereka menyesali waktu mereka yang tak akan bisa diulang.
Ana baru sadar waktu ngeliat tanggal. Liburan semakin sempit, dan ana belum berbuat banyak untuk sekolah. Terlalu banyak menghabiskan waktu di depan laptop, dan menurut ana, kegiatan itu masih bisa ditunda. Bukan prioritas.
Gimana ibadah Ramadhan-nya?
JLEB.
Waktu ngeliat tanggal, itulah saat ana tersadar. Sebentar lagi Ramadhan berakhir, dan belum banyak ibadah yang ana lakuin. Padahal, ini 10 hari terakhir. Menurutku, inilah bulan Ramadhan TERBURUK yang pernah ana alami, semenjak Baligh.
Bodoh.
Ketika disodorkan buku “Efisiensi waktu konsep Islam” oleh ummi ana, ana baru tersadar dengan itu semua. Dengan semua kebodohan dan kelalaian ana akan waktu. Waktu yang selama ini ana buang dengan percuma.
Kenapa ana selama ini tidur melebihi ideal-nya tidur seorang Muslim??? Bukankah para ulama zaman dulu, menyedikitkan tidur dan memanfaatkan waktu malamnya untuk qiyamul lail dan belajar?
Kenapa ana lebih mendahulukan sesuatu yang bukan prioritas? Apakah ana merasa bahwa masih banyak waktu? Siapa yang bisa menjamin kalau nanti ana masih hidup? Siapa tahu, ini adalah tontonan terakhirku. Siapa yang tahu, ini adalah tidur terakhirku sebelum tidur selamanya? Siapa yang tahu? Bodohnya diriku.
Kenapa ana menyia-nyiakan 10 hari terakhir bulan Ramadhan? Bukankah 10 hari terkahir adalah hari penuh pengampunan? Kenapa justru ana melakukan banyak maksiat?
Kenapa? Kenapa? Bukankah Allah telah menyempurnakan akal hamba untuk berfikir sempurna? Kalau begitu, apa bedanya ana dengan hewan?
Bodoh.

Bukankah waktu takkan bisa dihentikan?
Bukankah penyesalan selalu datang belakangan?
Bukankah waktu tak akan bisa terulang kembali?
Bukankah waktu adalah hal yang paling jauh bagi kita?
Bukankah kematian adalah hal yang paling dekat dengan kita?
Bukankah waktu adalah pembunuh paling hebat sepanjang masa?
Bukankah waktu akan menggiring kita kepada kematian secara perlahan?
Bukankah tak ada seorang pun yang bisa menghentikan perputaran waktu?
.................
Ketika malam idul fitri, ana dapet sebuah sms. Gara-gara panjang, ada sebagian pesan yang kepotong, alias ga lengkap. Yah, gara-gara itu, ana coba liat inti pesannya di teks paling bawah. “Jangan ngerasa kebanyakan pahala deh”.
JLEB.
Ketika ana liat pesan itu secara lengkap, ternyata pesan itu hanya bahan bercanda yang muncul dari otak kreatifnya. Tapi tetep aja, itu NUSUK bagi ana. Apalagi, inget kalo selama ini ana banyak nyia-nyiain waktu. Apakah ana banyak menyia-nyiakan waktu, karena ana ngerasa kebanyakan pahala?
Bodoh. Kalau itu benar, maka ana adalah sebodoh-bodohnya makhluk di antara seluruh makhluk yang paling bodoh.
Suatu saat nanti, ana ingin ada orang yang menegur ana dengan segala kritikannya, mengkritik segala kekurangan dan kebodohan ana. Agar ana bisa menangis, menangisi segala kebodohan ana mengenai waktu...
Karena tak ada manusia yang sempurna...
Ya Allah, semoga Engkau mempertemukan kami dengan Bulan Ramadhan tahun depan, walau hanya sehari... Aamiin



Semoga bisa bermanfaat sebagai muhasabah bagi kita semua. Aamiin [Al_Fatih1453]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar