Sabtu, 30 Maret 2013

Asking Why


Ada satu pola, yang selalu terjadi pada orang-orang sukses. Ya, pasti. Kalo ga gini, orang-orang sukses ga bakalan bisa jadi sukses. Apaan tuh? Ya, asking why. Bertanya kenapa.
Ambil contoh aja deeh. Newton berhasil nemuin hukum gravitasi gara-gara dia bertanya, kenapa benda itu selalu jatuh ke bawah, bukan ke atas? Atau, Thomas Alfa Edison yang berhasil menemukan lampu dengan ribuan kali percobaan, pasti bertanya, kenapa begini, kenapa harus begitu, kenapa ini
terjadi, dan lain sebagainya. Dengan bertanya, kita akan berusaha mencari masalah, bahkan jawaban atas permasalahan tersebut. Lain lagi kalo kita malah cuek alias bodo amat dan ga peduli dengan keadaan sekitar, maka kita ga bakalan pernah menjadi apapun. Ya, kita cuman jadi perahu kertas yang cuman bisa ngikut arus air.


Dan, sebagai anak muda, generasi pengubah bangsa, maka asking why tuh kudu, wajib, musti dan haaarus! Seriusss! Kita harus mulai serius ngamatin keadaan sekitar, asking why dan ngedapetin solusi buat
permasalahan yang ada. Yah, skill minimal para orang-orang hebat, mungkin kira-kira seperti ini:
Why must me?
Kenapa harus aku? Kenapa ga orang lain aja? Bukankah di luar sana masih ada baaanyak orang-orang yang berpotensi? Ya, emang bener. Contoh, ketika kita ditunjuk menjadi pembicara di suatu acara, padahal sebelumnya kita ga punya pengalaman jadi pembicara, kita mungkin bakalan nanya, kenapa harus aku? Kenapa ga orang lain yang lebih ahli? Sekarang, pertanyaannya adalah, apakah kesempatan yang sama akan selalu datang? Kemungkinan untuk datang lagi, mungkin ada. Tapi, apakah selalu? Enggak! Bahkan, siapa tahu, dengan dipercayanya kita menjadi pembicara, kita bisa ngeluarin bakat-bakat terpendam kita. Seseorang yang tadinya pendiem dan pemalu, “dipaksa” berbicara di depan ribuan penonton, akhirnya menjadi “gila” hanya gara-gara dia emang harus gila di saat itu. Jika yang ditunjuk hanya orang-orang yang sudah ahli, kapan kita akan belajar menjadi seperti mereka? Inilah saatnya!
Why not me?
Pertanyaan kritis ini kudu keluar waktu kita ngeliat sosok orang besar. Kenapa bukan kita yang berdiri menjadi pembicara di sana? Kenapa bukan kita yang punya bisnis beromset milyaran? Kenapa bukan kita? Kenapa? Justru dengan pertanyaan ini, kita akan semakin terpacu untuk menjadi lebih baik. Melihat orang yang lebih hebat, justru menjadikan kita ciut, merasa tak ada apa-apanya, dan harusnya semakin belajar. Melihat sosok orang-orang besar, maka kita pun harus bertekad, bahwa kita juga PASTI akan menjadi seperti mereka, PASTI!
Why not now?
Inilah penyakit kronis yang amat sangat parah pada diri manusia. Mungkin sepele, tapi kalo salah bisa fatal. Ya, kadang, kita menyepelekan waktu. Menganggap kita masih bisa santai-santai. Waktu masih puaaaanjaaang. Plis, ini bukan saatnya kita memanen hasil! Tapi inilah saat kita menanam! Ga ada waktu santai, bro! Pengalaman nih, kalo kita terlalu santai, kita malah PW dengan posisi kita yang saat ini dan terlena. Ter, le, na. Akhirnya, tugas-tugas pun terlalaikan. Hal ini juga berlaku ketika kita ingin menjadi orang besar. Banyak tips-tips ampuh dari mereka dan kita tahu itu. Akan tetapi, kita selalu menunda-nunda untuk melakukannya, karena kita menganggap masih punya waktu. Padahal, suatu hal besar pasti bermula dari hal-hal kecil. Kita masih muda, tapi gimana kalo besok sakit, bahkan mati? Bukankah takdir Allah ga ada yang tau?
Kritislah, karena inilah yang akan menimbulkan masalah. Kritislah, karena inilah yang akan menyelesaikan masalah. Kritislah, karena semua orang sukses pasti melakukan ini. [Al_Fatih1453]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar