Part III,
Sepotong episode masa lalu[]
Wakaka, udah ada
tiga judul nih buat tema yang sama. Sebenernya sih, dari lubuk hati yang
puaaaling dalem, ana cuman berencana nulis sampe part II. Ternyata, ada sesuatu
yang “mengharuskan”ku menulis lagi. Ya, itulah sepotong episode masa lalu.
Waktu lagi
merenung tentang masa-masa SMP doeloe, jadi inget sama guru matematika yang
suka berdakwah lewat cerita. Ana inget dengan salah satu pertanyaannya yang
nusuuk banget, “Kalo kedua mata kalian ibu beli seharga Rp 1 milyar, apakah
kalian mau memberikannya?”
Bisa ditebak,
serentak saja semua murid ga setuju. Dan saya yakin, jawaban Anda pasti juga
sama. Mau 1 milyar, 1 trilyun, atau berapa pun harga belinya, anda pasti tidak
mau menjualnya. Ya kalo kedua mata kita ga ada, mau diapain tuh duit? Ga
bakalan nikmat pastinya…
Ketika mengikuti
acara seminar dari Felix Y Siauw tahun 2009 yang lalu, beliau pernah bercerita
mengenai fenomena masyarakat sekarang. Kita pasti udah tau kan kalo kewajiban
seorang Muslim di hari Jum’at adalah Shalat Jum’at. Tapi, kalo kita liat di
sepanjang jalan, masih banyak tuh tukang angkot yang mangkir dari kewajibannya.
Mereka lebih milih narik angkot daripada menjalankan kewajibannya.
Anggep aja kalo shalat Jum’at itu dari pukul 12.00 sampe 13.00, kira-kira satu
jam-lah. Dalam waktu sejam, anggep aja tarif satu kali naik itu Rp 2000. Dan
anggep aja, dalam waktu sejam itu ada 30 penumpang yang naik. Berarti, Rp 2000
x 30= Rp 60.000. Kira-kira begituhh..
Berarti, ia
telah mangkir dari kewajibannya hanya untuk mendapatkan uang Rp 60.000.
Mudahkan Allah mengganti uang itu jika ia mangkir dari narik angkotnya
dan menjalankan kewajibannya terlebih dahulu? Amat sangat mudah! Apakah para
tukang angkot itu ga tau bahwa mereka wajib shalat Jum’at? Mereka pasti tau!
So, kenapa mereka masih juga mangkir? Karena mereka pikir, uang 60.000 masih
lebih berharga daripada menjalankan kewajiban Tuhannya. Berarti, harga Allah di
matanya hanyalah 60.000! Gubrakh kuadrat. Inilah umat Islam zaman sekarang…
Seorang guru
saya yang pualiing sering ditengilin sama anak muridnya, pernah ngasih soal yang
sama-sama tengil. Pernah beliau memberi soal untuk menghitung berapa harga
oksigen yang harus kita bayar dalam sekali bernafas, seandainya Allah ga
ngegratisin oksigen. Begini perhitungannya:
Umpamakan kadar oksigen di bumi ada 20 %.
1 kali hirup= 0,5 liter oksigen.
Harga 1 liter oksigen kira-kira= Rp. 25000
Dalam keadaan sadar, kira-kira kita bernafas sebanyak
20 kali dalam satu menit.
Perhitungannya, dalam satu menit= 20 x 0,5= 10 liter
oksigen.
Dalam satu jam, 10x 60 menit= 600 liter oksigen.
Dalam sehari= 600 x 24= 14400 liter x 25000= Rp
360.000.000
Dalam setahun= 360.000.000 x 365 = Rp 131.400.000.000
Hasilnya? Saya pikir, ga ada seorang pun manusia di
dunia ini yang mau secara ikhlas ngebayar duit segitu banyak cuman buat
oksigenItu baru oksigen! Bagaimana dengan mata? Mulut? Darah? Tangan? Kaki?
Entah berapa banyak lagi nikmat Allah yang harus kita itung. Entah berapa
banyak uang yang harus kita keluarkan untuk membayar itu semua. Yang pasti,
seumur hidup kita perjuangkan untuk mengganti nikmat Allah, sampe kiamat juga
ga bakal terganti. Ya, sampai kapan pun…
Padahal kalo dipikir-pikir lagi…
·
Bukankah
selama ini kita mangkir dari kewajiban kita terhadap-Nya?
·
Bukankah
kita selalu mengeluh ketika ditimpa cobaan dari-Nya dan amat sulit untuk
bersabar?
·
Bukankah
selama ini kita lalai dalam mengingat-Nya?
·
Bukankah
selama ini kita merasa bahwa Dia itu tidak ada dan tidak mengawasi perbuatan
kita?
·
Bukankah
selama ini kita hanya mengingat-Nya ketika sedang ditimpa musibah dan jauh
dari-Nya ketika diberikan nikmat oleh-Nya?
·
Bukankah
selama ini kita jarang dan sulit memaksimalkan potensi yang telah Allah berikan
kepada kita, selaku manusia, makhluk yang paling sempurna?
Dan terlepas apakah hal itu benar atau tidak…
·
Bukankah
Allah selalu memberikan kenikmatan kepada kita, walaupun kita jarang, bahkan
tak pernah mensyukuri nikmat-Nya?
·
Bukankah
Ia masih memberikan kesempatan hidup pada kita hingga saat ini, padahal selama
ini kita durhaka pada-Nya?
·
Bukankah
selama ini Ia selalu memberikan kemudahan kepada kita?
·
Bukankah
selama ini Ia selalu mengabulkan do’a-do’a kita?
·
Bukankah
selama ini Ia selalu mengingat hamba-hamba-Nya, dan tak ada satu pun dari hamba-Nya
yang Ia lupakan?
·
Bukankah
selama ini ia tidak pernah menagih berbagai kenikmatan yang telah ia berikan?
Sebelum protes bahwa Allah itu ga adil, Cobha deh
renungin…
·
Bukankah
Allah tidak pernah memberikan cobaan di luar batas kemampuan hamba-Nya?
·
Bukankah
setiap setelah ada suatu kesulitan, terdapat dua kemudahan?
·
Bukankah
Allah menciptakan manusia dalam keadaan bersusah payah?
·
Bukankah
cobaan itu adalah ujian kenaikan tingkat keimanan bagi para hamba-Nya?
·
Bukankah
dunia ini penjara bagi orang Mu’min dan Surga bagi orang kafir?
·
Bukankah
Allah tidak akan merubah nasib suatu bangsa sebelum ia sendiri yang akan
merubah nasibnya?
·
Bukankah
dunia ini hanyalah sementara dan akhirat adalah kenikmatan abadi?
·
Bukankah
dunia ini hanyalah tempat berteduh bagi orang Muslim, sebelum kembali ke
kampung halamannya (akhirat) ?
·
Bukankah
perbandingan kenikmatan dunia dengan akhirat hanyalah seperti setetes air di
lautan?
·
Bukankah
manusia itu adalah makhluk yang paling sempurna dan diberikan banyak kelebihan?
·
Bukankah
Allah selalu bersama dengan orang-orang yang sabar?
·
Bukankah
Allah akan menambah rezeki kita ketika kita selalu bersyukur kepada-Nya?
·
Bukankah
Allah tahu yang terbaik bagi hamba-hamba-Nya, dan selalu memberikan hasil yang
terbaik pula bagi mereka?
·
Bukankah
Allah tidak menilai hasil yang diperoleh hamba-Nya, melainkah usahanya dalam
meraih sesuatu?
·
Bukankah
Allah selalu mengabulkan do’a do’a hamba-Nya?
·
Bukankah
Allah itu adil, tidak pernah ingkar janji dan tidak pernah mendzalimi
hamba-Nya?
·
Bukankah
segala cobaan yang ditujukan pada kita merupakan peringatan dan pengurangan
dosa bagi saiap saja yang menjalaninya?
“Setiap orang, pasti ingin lari dari masalah! Tapi,
jika kau mendapatkan ujian dalam hidupmu, jangan lari! Hadapilah, karena lari takkan
menyelesaikan masalah, karena ini adalah hidup!” (Inspired from Gokusen episode
6)
Dan jika Anda masih mengingkari segala nikmat Allah,
menganggap Allah tidak adil, dan masih tidak menginginkan adanya cobaan di
dunia ini, berarti hanya ada satu pernyataan puaaling tepat untuk Anda. Apa
itu? Ya, Mati aja! Karena dalam hidup ini, pasti ada cobaan untuk meraih
kesuksesan abadi…
Maka, nikmat Tuhanmu yang manakah yang engkau
dustakan? [Al_Fatih1453]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar