Sabtu, 19 Mei 2012

Mensyukuri nikmat dan cobaan Part III, Sepotong episode masa lalu


Mensyukuri nikmat dan cobaan
Part III, Sepotong episode masa lalu[]
Wakaka, udah ada tiga judul nih buat tema yang sama. Sebenernya sih, dari lubuk hati yang puaaaling dalem, ana cuman berencana nulis sampe part II. Ternyata, ada sesuatu yang “mengharuskan”ku menulis lagi. Ya, itulah sepotong episode masa lalu.
Waktu lagi merenung tentang masa-masa SMP doeloe, jadi inget sama guru matematika yang suka berdakwah lewat cerita. Ana inget dengan salah satu pertanyaannya yang nusuuk banget, “Kalo kedua mata kalian ibu beli seharga Rp 1 milyar, apakah kalian mau memberikannya?”

Bisa ditebak, serentak saja semua murid ga setuju. Dan saya yakin, jawaban Anda pasti juga sama. Mau 1 milyar, 1 trilyun, atau berapa pun harga belinya, anda pasti tidak mau menjualnya. Ya kalo kedua mata kita ga ada, mau diapain tuh duit? Ga bakalan nikmat pastinya…
Ketika mengikuti acara seminar dari Felix Y Siauw tahun 2009 yang lalu, beliau pernah bercerita mengenai fenomena masyarakat sekarang. Kita pasti udah tau kan kalo kewajiban seorang Muslim di hari Jum’at adalah Shalat Jum’at. Tapi, kalo kita liat di sepanjang jalan, masih banyak tuh tukang angkot yang mangkir dari kewajibannya. Mereka lebih milih narik angkot daripada menjalankan kewajibannya. Anggep aja kalo shalat Jum’at itu dari pukul 12.00 sampe 13.00, kira-kira satu jam-lah. Dalam waktu sejam, anggep aja tarif satu kali naik itu Rp 2000. Dan anggep aja, dalam waktu sejam itu ada 30 penumpang yang naik. Berarti, Rp 2000 x 30= Rp 60.000. Kira-kira begituhh..
Berarti, ia telah mangkir dari kewajibannya hanya untuk mendapatkan uang Rp 60.000. Mudahkan Allah mengganti uang itu jika ia mangkir dari narik angkotnya dan menjalankan kewajibannya terlebih dahulu? Amat sangat mudah! Apakah para tukang angkot itu ga tau bahwa mereka wajib shalat Jum’at? Mereka pasti tau! So, kenapa mereka masih juga mangkir? Karena mereka pikir, uang 60.000 masih lebih berharga daripada menjalankan kewajiban Tuhannya. Berarti, harga Allah di matanya hanyalah 60.000! Gubrakh kuadrat. Inilah umat Islam zaman sekarang…
Seorang guru saya yang pualiing sering ditengilin sama anak muridnya, pernah ngasih soal yang sama-sama tengil. Pernah beliau memberi soal untuk menghitung berapa harga oksigen yang harus kita bayar dalam sekali bernafas, seandainya Allah ga ngegratisin oksigen. Begini perhitungannya:
Umpamakan kadar oksigen di bumi ada 20 %.
1 kali hirup= 0,5 liter oksigen.
Harga 1 liter oksigen kira-kira= Rp. 25000
Dalam keadaan sadar, kira-kira kita bernafas sebanyak 20 kali dalam satu menit.
Perhitungannya, dalam satu menit= 20 x 0,5= 10 liter oksigen.
Dalam satu jam, 10x 60 menit= 600 liter oksigen.
Dalam sehari= 600 x 24= 14400 liter x 25000= Rp 360.000.000
Dalam setahun= 360.000.000 x 365 = Rp 131.400.000.000
Hasilnya? Saya pikir, ga ada seorang pun manusia di dunia ini yang mau secara ikhlas ngebayar duit segitu banyak cuman buat oksigenItu baru oksigen! Bagaimana dengan mata? Mulut? Darah? Tangan? Kaki? Entah berapa banyak lagi nikmat Allah yang harus kita itung. Entah berapa banyak uang yang harus kita keluarkan untuk membayar itu semua. Yang pasti, seumur hidup kita perjuangkan untuk mengganti nikmat Allah, sampe kiamat juga ga bakal terganti. Ya, sampai kapan pun…

Padahal kalo dipikir-pikir lagi…

·         Bukankah selama ini kita mangkir dari kewajiban kita terhadap-Nya?
·         Bukankah kita selalu mengeluh ketika ditimpa cobaan dari-Nya dan amat sulit untuk bersabar?
·         Bukankah selama ini kita lalai dalam mengingat-Nya?
·         Bukankah selama ini kita merasa bahwa Dia itu tidak ada dan tidak mengawasi perbuatan kita?
·         Bukankah selama ini kita hanya mengingat-Nya ketika sedang ditimpa musibah dan jauh dari-Nya ketika diberikan nikmat oleh-Nya?
·         Bukankah selama ini kita jarang dan sulit memaksimalkan potensi yang telah Allah berikan kepada kita, selaku manusia, makhluk yang paling sempurna?

Dan terlepas apakah hal itu benar atau tidak…

·         Bukankah Allah selalu memberikan kenikmatan kepada kita, walaupun kita jarang, bahkan tak pernah mensyukuri nikmat-Nya?
·         Bukankah Ia masih memberikan kesempatan hidup pada kita hingga saat ini, padahal selama ini kita durhaka pada-Nya?
·         Bukankah selama ini Ia selalu memberikan kemudahan kepada kita?
·         Bukankah selama ini Ia selalu mengabulkan do’a-do’a kita?
·         Bukankah selama ini Ia selalu mengingat hamba-hamba-Nya, dan tak ada satu pun dari hamba-Nya yang Ia lupakan?
·         Bukankah selama ini ia tidak pernah menagih berbagai kenikmatan yang telah ia berikan?

Sebelum protes bahwa Allah itu ga adil, Cobha deh renungin…

·         Bukankah Allah tidak pernah memberikan cobaan di luar batas kemampuan hamba-Nya?
·         Bukankah setiap setelah ada suatu kesulitan, terdapat dua kemudahan?
·         Bukankah Allah menciptakan manusia dalam keadaan bersusah payah?
·         Bukankah cobaan itu adalah ujian kenaikan tingkat keimanan bagi para hamba-Nya?
·         Bukankah dunia ini penjara bagi orang Mu’min dan Surga bagi orang kafir?
·         Bukankah Allah tidak akan merubah nasib suatu bangsa sebelum ia sendiri yang akan merubah nasibnya?
·         Bukankah dunia ini hanyalah sementara dan akhirat adalah kenikmatan abadi?
·         Bukankah dunia ini hanyalah tempat berteduh bagi orang Muslim, sebelum kembali ke kampung halamannya (akhirat) ?
·         Bukankah perbandingan kenikmatan dunia dengan akhirat hanyalah seperti setetes air di lautan?
·         Bukankah manusia itu adalah makhluk yang paling sempurna dan diberikan banyak kelebihan?
·         Bukankah Allah selalu bersama dengan orang-orang yang sabar?
·         Bukankah Allah akan menambah rezeki kita ketika kita selalu bersyukur kepada-Nya?
·         Bukankah Allah tahu yang terbaik bagi hamba-hamba-Nya, dan selalu memberikan hasil yang terbaik pula bagi mereka?
·         Bukankah Allah tidak menilai hasil yang diperoleh hamba-Nya, melainkah usahanya dalam meraih sesuatu?
·         Bukankah Allah selalu mengabulkan do’a do’a hamba-Nya?
·         Bukankah Allah itu adil, tidak pernah ingkar janji dan tidak pernah mendzalimi hamba-Nya?
·         Bukankah segala cobaan yang ditujukan pada kita merupakan peringatan dan pengurangan dosa bagi saiap saja yang menjalaninya?
 
“Setiap orang, pasti ingin lari dari masalah! Tapi, jika kau mendapatkan ujian dalam hidupmu, jangan lari! Hadapilah, karena lari takkan menyelesaikan masalah, karena ini adalah hidup!” (Inspired from Gokusen episode 6)

Dan jika Anda masih mengingkari segala nikmat Allah, menganggap Allah tidak adil, dan masih tidak menginginkan adanya cobaan di dunia ini, berarti hanya ada satu pernyataan puaaling tepat untuk Anda. Apa itu? Ya, Mati aja! Karena dalam hidup ini, pasti ada cobaan untuk meraih kesuksesan abadi…

Maka, nikmat Tuhanmu yang manakah yang engkau dustakan?  [Al_Fatih1453]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar