Sabtu, 23 Februari 2013

The Burning Ship


Pernah denger kisah Thoriq bin Ziyad dalam menaklukkan Andalusia? Ga pernah? Yassalaaaam….
Kisah tersebut, sampe sekarang tetep disebut fenomenal. Why? Karena itulh taktik perang yang bener-bener baru terpikirkan, dan baru digunakan pertama kali saat itu. Sebelumnya, belom ada pemimpin yang mau make tuh strategi. Apaan tuh? Yap, strategi bakal kapal.

Apa istimewanya negabakar kapal? Eit, dengerin dulu, baca dulu… Kalo cuman ngebakar kapal sih, emang ga istimewa. Dan penulis juga ga bakal masukin hal-hal yang biasa. Tapi, kalo ngebakar kapal perang yang saat itu sebagai satu-satunya jalan pulang?
Ya, saat itu, dalam menghadapi Andalusia, kaum muslimin menaiki kapal menyebrangi lautan hingga ke Spanyol. Nyampe di sana, si panglima, Thoriq bin Ziyad, langsung ngebakar kapal-kapal yang telah membawa mereka menyebrangi lautan. Kontan saja, semua pasukan kaget. Tapi, apa yang difikirkan oleh Thoriq? Coba kita renungkan juga ide brilian ini…
Satu-satunya jalan menuju Spanyol bagi kaum muslimin adalah dengan menyebrangi lautan menggunakan kapal.
Berarti, tanpa kapal, mereka ga bakal bisa pergi, apalagi pulang.
Berarti, kalo kapalnya dibakar, jalan pulang mereka udah ga ada. Berarti, mereka ga bisa pulang naik kapal.
Mau nekat, berenang ngelewatin air? Mati konyol.
Kesimpulannya, ga ada jalan buat pulang. Selamanya, kaum muslim terkurung di Spanyol.
Kecuali, kalo kaum muslimin maju, menang dan merebut Spanyol, maka kaum muslimin bisa bebas.
Jadi, kalo mau selamat, ga ada pilihan lain bagi kaum muslimin, selain menang. Hidup mulia, atau mati syahid.
Trus, maksudnya apa nih? Yahaha, ini juga salah satu taktik hidup. Mempersempit pilihan. Dengan taktik tersebut, kaum muslim cuman punya satu pilihan untuk selamat. Menang. Soalnya kalo mundur, mati… Dan taktik inilah yang membuat kaum muslimin menang kala itu. Membakar kapal. Membakar segala kemungkinan-kemungkinan untuk lari dari masalah. Jadi, jika kita menggunakan strategi bakar kapal, maka apapun masalahnya, kita ga bisa menghindar. Karena pilihannya cuman 2, mundur terhina atau maju terus.
Contoh real-nya begini. Besok ulangan. Sedangkan kita, menganggap bahwa ulangan tuh musuh, bahkan musibah. Pilihannya cuman dua, hadapi atau hindari. Kalo kita tetep mau ulangan dengan persiapan seadanya, InsyaAllah bakal ada berbagai macam kemudahan yang diberikan Allah buat kita. Karena kita sudah berani menghadapi, yakin dan menyerahkan semua hasil usaha kita pada Allah.
Trus, kalo kita hindari? Yaaa, hasilnya udah jelas. Kita ga dapet apa-apa. Bahkan, kita bakal lebih menderita daripada orang yang menghadapi dan berani mengambil resiko. Udah kita ga bisa belajar dari pengalaman, nilai kita ditunda gara-gara belom ulangan… pokoknya banyak deuh. Tapi, kalo kita hadapi? Kita bisa belajar dari pengalaman, dan kita puas atas hasil kerja keras kita.
hadapi, atau hindari?

Contoh lain, anggep aja sekarang rumah kita lagi kebakaran dan kita terkurung di dalem rumah. Pilihannya, hadapi atau hindari api. Kalo kita maju terus menerobos api, maka InsyaAllah kita akan selamat, dengan resiko cuman luka-luka. Tapi, kalo kita hindari? Maka, resiko lebih besar lagi. Kalo kita nunggu…. Trus ga ada yang nolongin? Ya mati!
Jadi, hadapi atau hindari? Yah, dengan berbagai macam resiko… Hadapi aja deuh. Yang penting kan berusaha yang terbaik. Hasilnya? Terserah Allah. Hehe… [Al_Fatih1453]


Tidak ada komentar:

Posting Komentar