Di suatu malam nan suram waktu
liburan idul fitri kemaren, ga sengaja ana buka website Aqua Timez. Itu loh,
band asal negeri matahari terbit yang lagu-lagunya biasa ngisi soundtrack
anime. Begitu masuk website, ana terkesan sama single terbaru mereka yang
berjudul Tsubomi. Yang pasti, kali ini ana ga bakal ngetik apa pun tentang itu.
Tapi, ini tentang album di mana lagu Tsubomi itu berasal, yaitu “because you
are you”.
Mungkin, sekilas ini tampak
biasa. Tapi, bagi ana yang lagi galau
waktu itu, hanya dengan 4 kata dari judul album tersebut aja udah bisa bikin
hati ana bak disayat-sayat sama gergaji mesin. Apapun itu, inti dari judul
album itu adalah,
“Because you are you-karena kamu adalah kamu”
SRET.
”Aku adalah aku, tidak lebih dan
tidak kurang”. Itulah kata-kata Kyo si mata iblis, tokoh utama dari manga
“Samurai Deeper Kyo” karangan Kamijyo Akimine yang sampe saat ini masih
terbayang-bayang di otak ana. Lah, trus, apa hubungannya? Yah, kalo dua kalimat
itu diotak-atik, maka intinya...
“Aku adalah aku. Kamu adalah
kamu. Tidak lebih dan tidak kurang.”
JLEB!
Mungkin, bagi sebagian orang kalo
ngeliat orang yang berlangit-langit di atasnya, ngerasa iri dan pengeeeeeen
banget jadi kayak gitu. Sampe-sampe, segala kelakuannya, sifatnya bahkan cara
hidupnya dicopas abis cuman buat pengen jadi apa yang ia dambakan. Jujur nih,
jujur... Ana juga ngalamin hal yang serupa. Ceritanya curhat nih. Waktu SMP,
ana bukan orang yang plagiat. Apa yang ana mau, itulah ana. Ga kurang, ga lebih.
Bahkan, banyak orang yang justru terbawa sama sifat ana. Life is never flat.
Ana selalu jadi diri ana sendiri, yang dengan itu rasanya hidup ga pernah
garing kriuuuk kriuuk gimanaaa gitu. Hidup dengan ana yang apa adanya, justru
membuat ana bahagia setengah idup. Swear dah.
Ana ga pernah idup di bawah
tekanan orang. Ana bagaikan orang yang merdeka, hidup semaunya sesuai batasan
syara’. Beruntungnya, ini gara-gara ortu ana yang bener-bener toleran dan
pengertian sama ana. Kapan pun ana mau main, kapan pun ana mau belajar, selama
Bahasa Arab trus naik, kumaha abdi wae lah. Mau nilai ana jelek atau
bagus, it’s okay. No problem cuy! Contohnya aje, dalam bidang eksak, hampir
setiap ulangan, ana remed trussss. Tapi, kalo bidang hafalan kayak biologi dan
ips... yah, Insya Allah lah... Enjoy aja.. hehe
Tapi, semua berubah saat
negara api menyerang...
Yups, semua itu berubah saat ana
beranjak SMA. Gara-gara anggota kelas ana yang cuman 16 orang, persaingan
antara satu dengan yang lain jadi bener-bener kerasa. Bukan cuman itu,
persaingan dengan kelas lain, dan tuntutan universitas yang tinggi bener-bener
merubah ana 180 derajat. Ana yang dulunya tiap pulang sekolah bisa main game
sampe lewat tengah malem, sekarang bener-bener rajin. Pulang sekolah, belajar.
Sebelum sekolah pun belajar. Sebelum tidur, apalagi. Yah, pokoknya rajinlah.
Mandi sebelum shubuh, mandi abis pulang sekolah, dan bermacam-macam kerajinan
lain yang tiba-tiba terjadi begitu saja. Padahal, kalo udah di rumah mah, semua
kerajinan bakal bablaaaass...
Ya, lingkunganlah yang merubah ana.
Ana yang ditempatkan bersama orang-orang hebat, merubah ambisi ana untuk jadi
hebat. Intinya, ga mau kalah dari yang lain. Segala siswa ana amati. Bagaimana
pergaulannya, bagaimana sistem belajarnya, de es be. Berbagai macam informasi
“asing” mulai bermunculan di otak ana. Kebiasaan-kebiasaan mereka, perlahan
menjadi kebiasaan ana. Kebiasaan lama yang serba bebas pun hilang. Ana bukan
lagi orang yang bisa belajar dan main kapan pun ana mau. Tuntuntan universitas
membuat kapan pun ada waktu, itulah saatnya belajar. Ga ada waktu buat
main-main.
Sebulan, dua bulan pun berlalu.
Ana hidup dengan kebiasaan baru ana, yaitu menjadi orang yang bener-bener rajin
serajin rajinnya rajin. Pokoknya, kapan pun ada waktu, ana harus belajar.
Harus. Setahun berlalu, ana mulai ga nyaman dengan kebiasaan ana yang satu ini.
Mungkin, dengan kerajinan ana, orang lain menganggap ana lebih pintar,
menganggap ana lebih “tinggi”. Tapi, tumbal untuk itu terlalu besar. Satu per
satu kebahagiaan mulai hilang. Jujur, ana merasa iri dengan orang-orang di
luar, bahkan di lingkungan ana sendiri. Mungkin dalam hal akademis, beberapa
dari mereka rada kurang. Tapi, mereka punya banyak teman. Pergaulan mereka
luas. Di mana pun mereka berada, canda tawa selalu menghampiri. Mereka bahagia.
Lebih baik lagi, mereka pintar dan punya banyak teman. Ya, dengan segala
kekurangan dan kelebihan mereka, mereka bahagia. Dan Aku bukanlah aku yang
dulu, yang selalu bahagia dengan lingkungan.
Akhirnya, satu kesimpulan besar
tergambar jelas. Mungkin, ini gara-gara ana terlalu ngikutin kebiasaan orang
lain alias plagiat. Padahal, belum tentu ana merasa nyaman dengan itu. Daya
kreativitas ana untuk menjadi lebih “gila” seolah-olah hilang. Kaku. Dengan
segala kerajinan ini, aku bukanlah aku. Aku sudah berubah, bukan menjadi aku
yang dulu, tapi menjadi orang lain.
Ya, akulah korban sistem.
Ya, aku bukan lagi orang yang
merdeka.
Ya, aku menjadi orang yang
tertekan.
Ya, aku bukanlah aku.
Ya, hampir semua kebahagiaan,
lenyap begitu saja.
Sepi...
Akhirnya, kupejamkan mataku,
menerawang masa lalu. Aah, indah rasanya jika semua kebahagiaan masa lalu bisa
terulang lagi, dengan diriku yang bebas merdeka. Ya, ana mendambakan hidup
tanpa tekanan. Mungkin saat ini, ana sedang kehilangan jati diri. Aku harus
berubah menjadi aku yang dulu.
Ga peduli dengan universitas,
karena kebahagiaan dan kesuksesan bukan bersumber dari universitas mana pun.
Dengan sistem yang seperti ini, semua universitas sama aja. Dan yang
terpenting, Surga ga bakalan diraih cuman dari universitas. Surga juga ga
bakalan diraih cuman dari kepintaran, kerajinan, atau nilai rapot. Ya, ana jadi
terngiang-ngiang dengan petuah ibu ana yang selalu beliau katakan sebelum ana
ulangan, “Yang Allah hisab itu usaha, bukan hasil...”
Ya, aku harus berubah. Bukan
menjadi orang lain, tapi menjadi diriku sendiri. Because me is me, because
you are you. Bukankah begitu?
Tapi yang pasti, karena saking
pengen jadi diri sendiri, kita malah mengabaikan teladan dari luar. Ya ga gitu
juga kaleee. Kalo orang lain ga boleh jadi teladan, kenapa Allah memerintahkan
kita untuk menjadikan Nabi Muhammad sebagai teladan? Kenapa ada orang-orang
hebat seperti Muhammad Al-Fatih? Bukankah mereka ada karena untuk dicontoh? Makanya,
makna jadi diri sendiri tuh luaaaas bengeut. Intinya, semua yang nyaman bagi
kita, kenapa ga kita contoh? Selama ga ngelanggar hukum syara’, kenapa engga?
Bukankah Allah ga ngelarang kita buat kreatif? Plissss, jangan terlalu plagiat.
Ada banyak kebiasaan orang-orang hebat yang cocok buat kita. Ada banyak cara kok
buat sukses. Tapi, kalo kita bisa sukses dengan cara kita sendiri, dengan
kreatifitas dan kegilaan kita, dengan menjadi diri kita sendiri, yang dengan
itu kita enjoy dan bahagia, kenapa enggak? Tul ga bro? Dan yang terpenting,
jangan sampe terlalu ambisius. Iri berlebihan, sampe dengki. Terima aja segala
kekurangan dan kelebihan kita. Yang penting kan mengasah yang ada, biar jadi
lebih baik dan teruuusss lebih baik. Jangan cuman pasrah sama keadaan. Dan yang
paling penting dari yang terpenting, Allah ga bakalan menghisab hasil akhir.
Yang Allah hisab, adalah usaha kita. Ye he he...
Karena masing-masing dari kita, punya jalan sukses yang berbeda-beda. Kita ga sama, kita berbeda. Maka, buatlah jalan suksesmu sendiri. Siapa tau dengan jalan sukses yang kita buat, kita bisa membuat perbedaan dan gebrakan baru bagi dunia. Oke bro?
Karena masing-masing dari kita, punya jalan sukses yang berbeda-beda. Kita ga sama, kita berbeda. Maka, buatlah jalan suksesmu sendiri. Siapa tau dengan jalan sukses yang kita buat, kita bisa membuat perbedaan dan gebrakan baru bagi dunia. Oke bro?
So, kamu adalah kamu. Aku adalah
aku. Tidak lebih dan tidak kurang. Oceh?? Bangga dong dengan diri sendiri.
Ganbatte Kudasai!!! [Al_Fatih1453]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar